JURNAL KOMPUTASI MODERN
Abstraksi
Grid ComputinG,
suatu arsitektur sistem komputer berkinerja tinggi yang memanfaatkan
teknologi grid computing yang ada (beberapa di antaranya: Globus Toolkit
4, Condor, PVM, MPI) sebagai komponen pembangunnya. Dengan terbentuknya
infrastruktur komputasi grid computing ini, diharapkan kebutuhan para
peneliti akan sumber daya komputasi dapat dipenuhi dan pada gilirannya
dapat meningkatkan tingkat kompetitif.
Kata Kunci: grid computing, distributed computing, PVM (Parallel Virtual Machine)
1. Pendahuluan
1.1. Kebutuhan Sumber Daya Komputasi pada Pengembangan e-Science
Saat ini,
para peneliti sudah amat menyadari pentingnya peran komputer dalam
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Komputer memungkinkan para
peneliti untuk menciptakan laboraturium virtual dalam komputer untuk
melakukan eksperimen- eksperimen yang akan mahal sekali jika dilakukan
di dalam sebuah laboraturium fisik atau bahkan tidak mungkin. Beberapa
pihak bahkan telah memberikan nama tersendiri untuk menggambarkan
kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berbasis
komputer ini dengan sebutan e-Science 0.
1.2. Mahalnya sumber daya komputasi
Untuk melakukan eksperimen dengan menggunakan komputer
dalam konteks pengembangan e-Science di atas umumnya dibutuhkan sumber
daya komputasi yang berkinerja tinggi (atau juga dikenal dengan sebutan high performance computing).
Pada beberapa dekade yang lalu, sumber daya komputasi berkinerja tinggi
ini hanya dapat dipenuhi oleh komputer yang dikategorikan sebagai
supercomputer (seperti komputer Cray X-MP, CDC, Illiac-IV).
Supercomputer memang dapat memenuhi kebutuhan para peneliti e-Science,
namun karena harganya yang mahal, hanya sedikit dari
para peneliti tersebut yang dapat memilikinya/menggunakannya. Sejalan dengan perkembangan teknologi
komputer, baik dari sisi perangkat keras maupun perangkat lunak, saat
ini sumber daya komputasi berkinerja tinggi tidak lagi harus dipenuhi
oleh komputer- komputer berkategori supercomputer. Bahkan dengan
teknologi komputer yang dikenal dengan nama grid computing, sejumlah
komputer yang lazim digunakan di perkantoran dapat digabung untuk secara
bersama-sama melakukan eksperimen seperti yang dahulu biasa dilakukan
oleh supe computer.
1.3. Grid Computing sebagai Solusi
Bagi para peneliti di negara-negara
yang kemampuan ekonominya terbatas maka solusi yang diberikan oleh
teknologi grid computing ini merupakan suatu alternatif yang harus
dipertimbangkan dengan amat serius.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk yang dilakukan
dengan menggunakan bantuan komputer (e-Science), tidak harus terhenti
hanya karena keterbatasan dana. Teknologi grid computing memungkinkan
para peneliti memanfaatkan sumber daya komputasi yang telah ada
semaksimal mungkin. Dengan menggunakan teknologi ini, para peneliti
dapat menggabungkan komputer-komputer yang berada di tempat-tempat yang
secara geografis terpisah menjadi suatu kesatuan sistem komputer.
Gabungan banyak komputer ini secara keseluruhan mampu menyediakan sumber
daya komputasi yang setara atau bahkan lebih dengan komputer
berkategori supercomputer. Lebih lanjut, sistem komputer ini dapat
digunakan secara bersama-sama oleh para peneliti yang juga berasal dari
instansi-instansi yang lokasinya berlainan. Secara keseluruhan, tidak
saja teknologi grid computing memungkinkan para peneliti menerapkan
e-Science untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
biaya yang relatif “terjangkau”, tetapi juga dapat memanfaatkan sumber
daya komputasi yang ada seefisien mungkin secara bersama-sama oleh
banyak peneliti.
2. Pembahasan
2.1. Evolusi Grid Computing
Teknologi grid computing merupakan teknologi yang telah
dikembangkan dalam waktu yang panjang. Secara evolusi kita melihat
pengembangan teknologi sejenis mulai dari Condor 0, kemudian diikuti oleh PVM (Parallel Virtual Machine)
0 dan MPI (Message Passing Interface) 0, sampai dengan Globus Toolkit
0. Sejak awal, para peneliti di bidang komputasi berkinerja tinggi telah
menggunakan dua pendekatan 0, (1) supercomputer, membangun sebuah
komputer dengan teknologi perangkat keras berkinerja tinggi, dan (2)
multicomputer, membangun sebuah sistem komputer dengan teknologi
jaringan interkoneksi dan perangkat lunak. Pendekatan pertama umumnya
menghasilkan sebuah komputer yang berkinerja tinggi, tetapi berharga
amat mahal sehingga hanya dapat dimiliki oleh segelintir pihak saja.
Pendekatan kedua menghasilkan suatu sistem komputer yang kinerjanya
bervariasi sesuai jumlah komputer yang tergabung dan konfigurasi
perangkat lunak yang digunakan.
Walaupun harga suatu sistem
komputer berkinerja tinggi yang dibangun dengan pendekatan
multicomputer lebih terjangkau dibandingkan dengan supercomputer,
pemakaiannya masih terbatas. Sistem komputer berbasis jaringan tersebut
umumnya diterapkan pada komputer-komputer yang terhubung dalam suatu
jaringan lokal (LAN). Salah satu penyebabnya adalah masalah keamanan
jaringan yang belum tertangani dengan baik. Selain itu, sistem perangkat
lunak pendukung yang memungkinkan komputer-komputer tersebut bekerja
sebagai satu kesatuan umumnya memiliki konfigurasi yang kompleks
sehingga penggunanya harus memiliki keahlian tersendiri sebelum dapat
memanfaatkan sistem komputer tersebut.
Sejalan dengan perkembangan teknologi Internet dan teknologi-
teknologi komputer yang berkaitan lainnya seperti protokol komunikasi
data, teknologi keamanan jaringan, teknologi pemgrograman terdistribusi,
dan teknologi bahasa pemrograman yang independen terhadap arsitektur
komputer maka sistem komputer berkinerja tinggi berbasis jaringan
menjadi lebih mudah untuk diimplementasikan dan digunakan.
2.2. Grid Computing & Solusi yang Ditawarkan
Pada beberapa tahun belakangan ini, sekelompok peneliti di
bidang komputasi berkinerja tinggi secara serius memusatkan perhatian
pada pengembangan sistem komputer berbasis jaringan seperti yang telah
diuraikan di atas dengan menggunakan teknologi yang dikenal dengan
sebutan teknologi grid computing 0.
Teknologi grid computing adalah suatu cara penggabungan
sumber daya yang dimiliki banyak komputer yang terhubung dalam suatu
jaringan sehingga terbentuk suatu kesatuan sistem komputer dengan sumber
daya komputasi yang besarnya mendekati jumlah sumber daya komputasi
dari komputer-komputer yang membentuknya. Lebih lanjut, sebagian atau
seluruh sumber daya komputasi ini dapat dipakai oleh penggunanya sesuai
kebutuhan masing-masing. Penamaan “grid” disini meminjam istilah yang
digunakan dalam ketenagalistrikan 0, dimana pembangkit-pembangkit tenaga
listrik dihubungkan satu sama lain untuk secara bersama-sama memasok
kebutuhan tenaga listrik penggunanya. Masing-masing pengguna hanya
menggunakan sebagian dari daya listrik yang dihasilkan oleh seluruh
pembangkit tenaga listrik tersebut.
Berbeda dengan teknologi-teknologi pendahulunya seperti
Condor, PVM, atau MPI, teknologi grid computing dilengkapi oleh
komponen-komponen yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya komputasi
yang terhimpun secara lebih optimal dan aman. Untuk melihat
komponen-komponen dari teknologi grid computing ini, disini akan
diuraikan dengan singkat sistem Globus Toolkit
yang dikembangkan oleh para peneliti di Argonne National Laboratory,
Amerika Serikat 0. Sistem Globus Toolkit merupakan salah satu teknologi
grid computing yang populer dan banyak digunakan oleh pihak-pihak yang
ingin mengintegrasikan sumber daya komputasi mereka yang tersebar
menjadi satu kesatuan.
Secara spesifik, sistem Globus Toolkit
yang akan dibahas disini adalah sistem Globus Toolkit versi 4 (GT4) 0,
yang merupakan versi mutakhir dari sistem Globus Toolkit. Sistem GT4
dibangun dengan menggunakan teknologi Web Services 0 yang telah
berkembang menjadi suatu standar dalam pengembangan perangkat lunak
terdistribusi. Teknologi Web Services memungkinkan GT4 mengadopsi konsep
berorientasi layanan (service-oriented) yang menggunakan layanan, bukan
perangkat keras, sebagai komponen dasar bangunannya. Di atas Web
Services ini GT4 membangun komponen-komponen utama dari sistem komputasi
grid berikut ini.
2.3.Infrastruktur Komputasi Grid
Dengan meningkatnya kebutuhan para peneliti akan sumber
daya komputasi untuk melakukan e-Science seperti telah disebutkan dimuka
dan berkembangnya teknologi grid computing maka beberapa negara telah
mengambil inisiatif untuk mengimplementasikan infrastruktur komputasi
grid di tingkat nasional. Beberapa contoh di antaranya: India 0,
Singapura 0, dan Jepang 0.
Suatu infrastruktur komputasi grid akan dapat menekan biaya
investasi dibandingkan bila masing-masing institusi tersebut harus
mengadakan perangkat komputasinya sendiri-sendiri. Lebih lanjut, sistem
komputasi grid yang menuntut penggunaan sumber daya komputasi secara
bersama-sama akan menumbuhkan semangat berkolaborasi di antara para
peneliti tersebut. Suatu hal yang amat positif.
Melihat manfaat yang dapat diberikan oleh keberadaan
suatu infrastruktur komputasi grid di tingkat nasional maka pada makalah
ini diajukan rancangan RI-GRID, yaitu infrastruktur komputasi grid di
tingkat negara Republik Indonesia yang bertujuan memanfaatkan sumber
daya komputasi yang berada di institusi-institusi penelitian baik saat
ini maupun di masa akan datang sehingga dapat digunakan oleh para
peneliti di negara ini untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2.4.Arsitektur GRID COMPUTING
Gambar 1 berikut menunjukkan rancangan arsitektur
infrastruktur komputasi grid. Seperti terlihat pada gambar tersebut,
GRID COMPUTING dibangun dengan jalan menggabungkan sistem- sistem
komputasi grid yang berada di institusi-institusi penelitian (GRID-2, 3,
4) menjadi satu kesatuan. Konfigurasi perangkat keras dan perangkat
lunak masing-masing sistem di tingkat institusi dapat berbeda, namun
dengan mengoperasikan teknologi grid computing seperti GT4 pada
simpul-simpul penghubung dari masing-masing sistem, keseluruhan sistem
membentuk satu kesatuan infrastruktur komputasi grid. Dengan konfigurasi
seperti ini, jika dibutuhkan, pengguna di suatu institusi dapat
memanfaatkan sumber daya komputasi yang berada di luar institusinya.
Konfigurasi yang ditunjukkan pada Gambar 1 di atas
tidak menuntut masing-masing sistem di tingkat institusi untuk merubah
konfigurasi sistem masing-masing secara signifikan. Jika suatu institusi
telah mengimplementasikan suatu teknologi grid computing tertentu
seperti SUN Grid Engine (SGE) atau teknologi komputasi berbasis jaringan
seperti PVM, MPI, Condor maka sistem GT4 dapat dikonfigurasikan untuk
berkoordinasi dengan masing-masing teknologi tersebut.
Salah satu prasyarat dari pembentukan GRID COMPUTING adalah
tersedianya suatu backbone jaringan berkapasitas besar untuk
menghubungkan simpul-simpul penghubung di masing-masing institusi (harus
memiliki lebar pita mulai 2 Mbps sampai dengan 155 Mbps).
GRAM: Grid Resource Allocation & Management
Komponen ini bertanggung jawab dalam mengelola
seluruh sumber daya komputasi yang tersedia dalam sistem komputasi grid.
Pengelolaan ini mencakup eksekusi program pada seluruh komputer yang
tergabung dalam sistem komputasi grid, mulai dari inisiasi, monitoring,
sampai penjadwalan (scheduling) dan koordinasi antar-proses.
Suatu hal yang menarik dengan sistem GT4 adalah
kemampuannya untuk bekerja sama dengan sistem-sistem pengelolaan sumber
daya komputasi yang telah ada sebelumnya seperti Condor, PVM, atau MPI.
Dengan mekanisme ini maka program-program yang telah dibangun sebelumnya
tidak perlu dibangun ulang atau kalaupun harus dimodifikasi,
modifikasinya minimum, jika akan dijalankan dalam lingkungan komputasi
grid berbasis GT4.
RFT/GridFTP: Reliable File Transfer/Grid File Transfer Protocol
Komponen ini memungkinkan pengguna mengakses data yang
berukuran besar dari simpul-simpul komputasi yang tergabung dalam
sistem komputasi grid secara efisien dan dapat diandalkan. Hal ini
penting karena kinerja komputasi tidak saja bergantung pada seberapa
cepat komputer-komputer yang tergabung dalam sistem komputasi grid ini
mengeksekusi program, tetapi juga seberapa cepat data yang dibutuhkan
dalam komputasi tersebut dapat diakses. Perlu diingat bahwa, data yang
dibutuhkan oleh suatu proses tidak selalu berada pada komputer yang
mengeksekusi proses tersebut.
MDS: Monitoring & Discovery Service
Komponen ini memungkinkan pengguna sistem GT4 melakukan
monitoring proses komputasi yang tengah berjalan sehingga masalah yang
timbul dapat segera diketahui. Sementara itu, aspek discovery dari
komponen ini memungkinkan pengguna mengidenti-fikasi keberadaan suatu
sumber daya komputasi berikut karakteristiknya.
GSI: Grid Security Infrastructure
Komponen ini bertanggung jawab atas keamanan sistem
komputasi grid secara keseluruhan. Komponen ini pula yang merupakan
salah satu ciri pembeda teknologi GT4 dengan teknologi-teknologi
pendahulunya seperti PVM atau MPI. Dengan diterapkannya mekanisme
keamanan yang terintegrasi dengan komponen-komponen komputasi grid
lainnya, sistem berbasis teknologi grid computing seperti GT4 dapat
diakses oleh publik (WAN) tanpa menurunkan tingkat keamanannya.
Sistem keamanan GT4 dibangun atas komponen-komponen standar
keamanan yang telah teruji, yang mencakup proteksi data, autentikasi,
delegasi, dan autorisasi. Konfigurasi dasar GT4 mengasumsikan baik
pengguna maupun layanan menggunakan standar keamanan yang menggunakan
standar kunci publik X.509.
SUMBER :http://bayoekmex.blogspot.com/2013/03/contoh-jurnal-komputasi-modern.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar